Sosis merupakan jenis bahan makanan yang sangat populer. Produk olahan daging ini memiliki bentuk lonjong dengan variasi rasa yang beragam. Sosis yang paling dikenal umumnya terbuat dari bahan daging sapi dan daging ayam. Walaupun, di luar negeri juga tak jarang ditemui jenis sosis dari daging babi. Sosis dapat diolah menjadi berbagai macam masakan lezat. Banyak pengusaha kuliner yang menggunakan sosis sebagai bahan tambahan di dalam menu nasi atau mie goreng, maupun sebagai isian dari kudapan, seperti hot dog atau risoles. Terlepas dari itu, tidak banyak yang mengetahui asal-muasal dari daging sosis tersebut. Berikut adalah ulasan sejarah sosis yang menarik untuk Anda ketahui.
Sejarah Sosis
Sejarah sosis dapat dilacak hingga 3.500 tahun yang lalu pada zaman Babilonia kuno. Kala itu, beberapa pedagang daging menemukan salah satu cara untuk mengolah daging cincang agar menjadi lebih awet. Caranya adalah dengan mencampurkan daging cincang tersebut dengan berbagai bumbu. Selanjutnya, campuran daging tersebut kemudian dimasukkan ke dalam casing sosis yang terbuat dari usus hewan yang sudah dibersihkan. Pedagang tersebut kemudian mengolahnya dengan cara direbus atau dibakar.
Namun, beberapa sumber lain menyatakan bahwa sosis juga sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Kala itu, bangsa Yunani menyebut sosis dengan sebutan orya. Cara pembuatan orya kurang lebih sama dengan pembuatan sosis yang dilakukan oleh masyarakat Babilonia. Namun, asal-muasal kata “sausage” yang berarti sosis dalam bahasa Inggris justru berasal dari era Romawi Kuno. Kata tersebut ternyata berasal dari kata “saisus”. Dalam bahasa Latin, “saisus” memiliki arti “yang diasinkan”. Hal tersebut merujuk pada proses pembuatan daging sosis yang memang mencampurkan berbagai bumbu ke dalamnya. Kata tersebut kemudian diadopsi oleh masyarakat Amerika dan Belanda menjadi “sausage” dan “sausaij”.
Sejarah Sosis di Indonesia
Dari Roma, saisus pun dibawa oleh para pedagang dan pengelana lautan untuk kemudian diperkenalkan ke daratan-daratan lain. Masyarakat Indonesia baru saja mengenal hidangan ini ketika pedagang dari Belanda memasuki negeri ini. Mereka membawa “sausaij” yang berasal dari negeri Kincir Angin tersebut. Namun, lidah masyarakat Indonesia tidak dapat mengucapkan kata “sausaij” dengan baik. Untuk mempermudah pelafalan, lahirlah kata serapan “sosis”. Kata serapan itulah yang hingga saat ini digunakan oleh masyarakat untuk mendeskripsikan bahan makanan tersebut.
Perbedaan Antara Sosis Indonesia dan Sausaij
Walaupun memiliki akar sejarah yang sama, sosis yang Anda kenal saat ini tentunya berbeda dari jenis sausaij yang sering dikonsumsi bangsa Eropa. Bangsa Eropa memproduksi sosis dengan ukuran yang lebih besar. Bahkan, Anda dapat menemukan sosis yang seukuran lengan orang dewasa. Bahan yang digunakan juga jauh lebih beragam dibandingkan di Indonesia. Bangsa Eropa umumnya menggunakan daging hewan ternak, seperti daging sapi dan daging ayam. Tak hanya itu, mereka juga menggunakan daging babi dan ikan. Bahkan, salah satu jenis sausaij yang paling ekstrim adalah blood sausage. Blood sausage atau sosis darah merupakan sosis yang dibuat dari campuran daging giling, bumbu, dan darah hewan ternak.
Sebaliknya, blood sausage tidak tersedia di Indonesia. Di Indonesia, produk sosis kebanyakan menggunakan bahan dari daging sapi atau daging ayam. Sedangkan, sosis babi atau sosis ikan sangatlah jarang terdengar. Anda bahkan juga bisa membuat daging sosis sendiri di rumah. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan anggota keluarga Anda dari bahaya bahan pengawet.
Demikianlah ulasan sejarah sosis yang menarik untuk Anda ketahui. Untuk membuat sosis sendiri di rumah, Anda bisa menggunakan produk casing sosis dari Markaindo. Markaindo merupakan supplier bahan makanan yang paling populer di Indonesia. Untuk mengetahui produk casing sosis yang tersedia, Anda dapat mengunjungi situs resmi Markaindo di www.markaindo.com. Untuk mengetahui detail dari masing-masing produk, Anda bisa menghubungi CP Markaindo dengan melayangkan email ke marketing@markaindo.co.id.